Laman

tari seudati


A.  Ciri Khas Tari Seudati

Ciri khas Tari Seudati adalah Heroik, gembira, dan Kebersamaan. Disamping itu tarian ini tidak menggunakan alat musik dan sebagai pengganti para penarimembunyikan kertikan jari, hentakan kaki, tepukan dada serta syair -syair yangdilanturkan oleh dua orang narator yang disebut Aneuk Syahi. Syair-syair pengiring biasanya bertemakan keagamaan atau informasi pembangunan negara. Sewaktu perangAceh, tari seudati digunakan untuk membakar semangat para pemuda untuk berperangmelawan penjajah. Tarian ini dilakukan khusus oleh para pria yang berjumlah 8 orang.

Jenis tarian ini tidak menggunakan alatmusik, tetapi hanya membawakan beberapagerakan, seperti tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Bebarapa gerakan tersebut cukup dinamis dan lincahdengan penuh semangat. Namun, ada beberapa gerakan yang tampak kaku, tetapi sebenarnya memperlihatkan keperkasaandan kegagahan si penarinya. Selain itu, tepukan tangan ke dada dan perut mengesankankesombongan sekaligus kesatria.Busana tarian seudati terdiri dari celana panjang dan kaos oblong lengan panjang yang ketat, keduanya berwarna putih; kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang; rencong yang disisipkan di pinggang; tangkulok (ikat kepala) yang berwarnamerah yang diikatkan di kepala; dan sapu tangan yang berwarna. Busana seragam inihanya untuk pemain utamanya, sementara aneuk syahi tidak harus berbusana seragam.Bagian-bagian terpenting dalam tarian seudati terdiri dari likok (gaya; tarian),saman (melodi), irama kelincahan, serta kisah yang menceritakan tentang kisah kepahlawanan, sejarah dan tema-tema agama.

B.   Alat Musik Tari Seudati
Jenis tarian ini tidak menggunakan alat musik, tetapi hanya membawakan beberapa gerakan, seperti tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Bebarapa gerakan tersebut cukup dinamis dan lincah dengan penuh semangat. Namun, ada beberapa gerakan yang tampak kaku, tetapi sebenarnya memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan si penarinya. Selain itu, tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kesombongan sekaligus kesatria.


C.   Penari
Tari seudati ini adalah tarian yang dibawakan oleh delapan orang laki-laki selaku penari utama memakai kostum sebagai berikut: celana dan kaos oblong ketat berwarna putih, kain songket yang dililitkan di paha dan pinggang dengan senjata tradisional rencong terselip diantaranya, ikat kepala berwarna merah yang disebut tangkulok, dan sapu tangan dengan warna senada. Kemudian satu orang lagi selaku pemimpin yang disebut syekh, satu orang pembantu syekh, dua orang apeetwie (pembantu sebelah kirai), satu orang apeet bak (pembantu yang berada di belakang), dan tiga orang lainnya sebagai pembantu biasa. Disamping para penari di atas, ada pula dua orang penyanyi yang mengiringi tarian yang disebut aneuk syahi. Selain penari utama yang disebutkan tadi, untuk penari pembantu tidak diwajibkan untuk memakai kostum-kostum seperti penari utama

Pengertian Tari Seudati


Tari ini berasal  dari Aceh Pidie. Awal mulanya dikembangkan di desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Lalu berkembang ke desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie yang dipimpin oleh Syeh Ali Didoh.

Perkembangan tari Seudati


A.   Perkembangan Tari
Tidak diketahui secara pasti kira-kira tahun berapa perkembangan tari seudati dimulai, kata Zoelfadli Kawom, petinggi di Jaringan Komunitas Masyarakat Adat Aceh. Katanya, Di Pidie tari seudati pada mulanya tumbuh di Gampong Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Kemudian berkembang ke Gampong Didoh, Kecamatan Mutiara, yang dipimpin oleh Syeh Ali Didoh. Namun yang sangat terkenal adalah Syeh Lah Bangguna dari Meureudu (sekarang Kabupaten Pidie Jaya-red)

Sejarah Tari Seudati


A.   Sejarah Tari
Kata seudati berasal dari bahasa Arab syahadati atau syahadatain , yang berarti kesaksian atau pengakuan. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa kata seudati berasal dari kata seurasi yang berarti harmonis atau kompak. Seudati mulai dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Penganjur Islam memanfaatkan tarian ini sebagai media dakwah untuk mengembangkan ajaran agama Islam. Tarian ini cukup berkembang di Aceh Utara, Pidie dan Aceh Timur. Tarian ini dibawakan dengan mengisahkan pelbagai macam masalah yang terjadi agar masyarakat tahu bagaimana memecahkan suatu persoalan secara bersama.

Tari Caci dari Nusa Tenggara Timur


A. Pengertian

Tari Caci ini sangat khas di NTT. Caci adalah salah satu jenis permainan rakyat atau tarian perang dari Manggarai (sebuah kabupaten di bagian barat Pulau Flores, NTT) yang selain heroik juga merupakan permainan yang sarat akan nilai budaya. Dikatakan heroik karena tarian tradisional ini hampir selalu merupakan pertarungan berdarah. Di Manggarai caci merupakan pertarungan antara dua orang pria, satu lawan satu, secara bergantian yakni Ata One (tuan rumah) dan Ata Pe’ang(pendatang) yang disebut juga Meka Landang (tamu penantang). Sportifitas sangat dijunjung tinggi dalam tarian ini, begitu kental dengan warna tarian ketangkasan yang cenderung keras ini.