A. Perkembangan
Tari
Tidak
diketahui secara pasti kira-kira tahun berapa perkembangan tari seudati
dimulai, kata Zoelfadli Kawom, petinggi di Jaringan Komunitas Masyarakat Adat
Aceh. Katanya, Di Pidie tari seudati pada mulanya tumbuh di Gampong Gigieng,
Kecamatan Simpang Tiga, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Kemudian berkembang ke
Gampong Didoh, Kecamatan Mutiara, yang dipimpin oleh Syeh Ali Didoh. Namun yang
sangat terkenal adalah Syeh Lah Bangguna dari Meureudu (sekarang Kabupaten
Pidie Jaya-red)
Selaku aktivis
jaringan adat, meski masih berusia muda Zoelfadli Kawom banyak mengetahui
perihal piasan ureung awai. Di Bireuen, katanya, tari seudati muncul di daerah
pesisir seperti Lancok dan Kuala Raja. Di daerah tanah kelahiran Syeh Lah
Geunta ini di medio tahun 80-an sampai 90-an sangat sering diadakan
seudati-tunang (tarian seudati yang diperlombakan-red), baik di pasar atau di
tempat-tempat terbuka lainnya.
Di Aceh Utara
pada tahun 80-an kita sangat mengenal Syeh Nek Rasyid dari Blang Lancang,
sekarang masuk Pemko Lhokseumawe. Di Krueng Mane ada Syeh Kop (M. Yacob) dari
Gampong Paloh Raya (Almarhum), Syeh Lah Baroena (Almarhum), Syeh Hasmuni dan
lain-lain. Dan tarian ini sangat digemari di daerah pesisir Krueng Mane. Di
Krueng Geukuh masyarakat sangat menganal Syeh Manyak, bahkan rap han pree
watee, kecuali bulan maulid dan Ramadhan yang sangat sepi dari even tarian ini.
Kemudian
lanjut Zoel, panggilan akrab Zoelfadli Kawom, ayah satu anak warga Krueng Mane,
Aceh Utara ini, bahwa di daerah lain seperti di Aceh Utara bagian tengah dan
timur seperti Geudong, Alue Ie Puteeh dan Panton Labu tarian ini juga sangat
digemari dan di setiap kemukiman dan gampong terdapat group dan syehnya
tersendiri yang dibiayai secara swadaya oleh masyarakat mereka. Di Aceh Timur
ada Syeh Din Misee Teumaga dari Idi, di Langsa ada Syeh Yoldi Prima yang juga
Penyanyi Aceh yang sempat menelurkan beberapa album lagu Aceh.
Lanjut pria
berbadan gepal yang juga mantan aktivis perdamaian Aceh pada masa perang Aceh
mutakhir, bahwa pada masa konflik Aceh-Jakarta seudati sangat jarang
dipertunjukkan di muka umum atau lapangan terbuka. Selain alasan keamanan juga
sangat susah mendaptkan izin untuk mengadakan pertunjukan, apalagi pada malam
hari, kecuali di even-even di luar Aceh, baik yang diadakan perkumpulan
masyarakat Aceh maupun yang diadakan oleh mahasiswa di luar Aceh.
Tapi hal itu
tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus berlatih di kampung-kampung,
terutama dilakukan pada siang hari secara tertutup, tambah
Zoelfadli kepada Harian Aceh yang menjumpainya di Lamlo, Kota Bakti, Pidie
akhir pekan lalu dalam perjalanannya ke Geumpang sehubungan dengan proyek
pemberdayaan masyarakat pedalaman atas biaya sebuah NGO luar negeri.
Bisa
dikatakan, waktu itu hampir tak ada even apa pun, kecuali 17 Agustus yang
diakan di ibu kota kecamatan. Itu pun diprakarsai oleh Muspika. Pada masa ini
juga bisa kita katakan sebagai masa-masa suram untuk perkembangan seudati di
negeri sendiri. Setelah perdamaian, praktis hampir tak ada pembinaan dari
pemerintah terhadap group-group seudati yang tumbuh di gampong-gampong. Mereka
hanya menunggu even besar seperti Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) setiap lima tahun
sekali, itu pun sangat tergantung siapa yang berkuasa dan ketersediaan dana
dari pemerintah.
Pungkas dia, Dalam
kurikulum sekolah-sekolah dan kampus, tarian heroik ini juga belum menjadi
bagian penting. Nah, kalau fenomena ini dibiarkan, kita siap saja mengusung
jenazah seudati. Seperti dalam panton Aceh, Kon salah cangguek jiduek lam
kubang, kon salah rangkang bubong katireeh. Kon salah aneuk-nanggroe han
jitueng tarian, salah awak mat pemerintahan akai jih paleeh.
David Juanda
Abdul Gani, pemuda warga Gampong Blang Raya, Kumukiman Bambi, Peukan Baro,
Pidie sebagai salah seorang generasi yang lahir tahun 1986 yang ikut
diwawancarai Harian Aceh pada Kamis (3/3) mengaku, Saya pernah menonton tarian
seudati hanya melalui kaset VCD/DVD. Sedangkan menonton langsung di panggung
terbuka yang diadakan di lapangan bola atau di areal sawah yang baru habis
panen seperti kebiasaan dulu sebagaimana sering diceritakan abang-abang saya,
itu tidak pernah.
Padahal dulu,
hingga 1995, saat-saat museem luah blang begini, seudati, sandiwara, biola aceh
dan berbagai piasan malam tradisional lainnya seperti PMTOH acap menghiasi
kesepian malam bagi warga pedesaan yang baru berlelah-lelah mengurus panen.
Tapi saat ini, seperti kata narasumber kita itu, Kita siap saja mengusung jenazah
seudati, tarian heroik namun kalah tempur dengan tarian masa kini yang pada
umumnya berbasis goyang seukitong (Musmarwan Abdullah).
Hi, Really great effort. Everyone must read this article. Thanks for sharing.
ReplyDeleteHey keep posting such good and meaningful articles.
ReplyDeleteDaftar sekarang di Anapoker, Situs Poker Online terpercaya di Indonesia
ReplyDeleteDengan Layanan Deposit & Tarik dana yang cepat dan Ber-Operasi selama 24Jam, Anapoker Memberikan layanan yang memastikan Kepuasan Member Kami
Daftar & Contact Anapoker di :
Whatsapp : 0852 2255 5128
Line ID : agenS1288
Telegram : agenS128
Kunjungi Situs Games Online Uang Asli Terpercaya Lainnya :
link alternatif sbobet
sbobet alternatif
login sbobet
link sbobet
sabung ayam online
adu ayam
casino online
poker deposit pulsa
deposit pulsa poker
deposit pulsa
deposit pulsa
deposit pulsa
Bulan Hoki telah Hadir Kepada Anda
"Agen poker terbesar dan terpercaya ARENADOMINO.
ReplyDeleteminimal depo dan wd cuma 20 ribu
dengan 1 userid sudah bisa bermain 9 games
ayo mampir kemari ke Website Kami ya www.arenadomino.com
Wa :+855964967353
Line : arena_01
WeChat : arenadomino
Yahoo! : arenadomino"